MAAF,TERNYATA BUKAN KAMU
Maaf ternyata bukan kamu
Bukan kamu yang seharusnya aku salahkan. Bukan kamu yang harus aku benarkan pula. Bukan kamu yang membuat harapan semakin meninggi. Tetapi diri ini. diri ku sendiri yang membiarkan hati semakin kufur dengan berharap kepada manusia, diri ini yang menjauhkan hati dari sang Maha pemilik hati. Tidak, tidak seharusnya seperti ini.
Hari ini,aku memohon ampun pada-Nya, pada diriku, atas rasa syukur yang tak lagi meninggi, atas kesabaran yang semakin menurun. Pun hari ini,hujan. Dan pada setiap buliran hujan yang jatuh ke bumi, maka setiap itu pula aku melangitkan doa- doa ku kembali.
Bukan, ini bukan tentang seberapa banyak doa-doaku yang terkabul,Namun lebih kepada agar perasaanku tenang,agar kecintaanku bertambah,agar syukurku tetap melangit.
Perihal doa,adalah sebuah upaaya menenun kebaikan,menenun rindu yang tak berkesudahan,menenun harap yang tetap diperjuangkan.
Maka aku tidak akan menyerah,Allah. Pada upaya yang sedang kuperjuangkan, pada doa yang selalu ku haturkan. Engkau Maha Mendengar. Dan aku berdoa kepada Dzat yang tidak pernah mengkhianati titipan.
Terkabulnya sebuah doa hanyalah sebuah waktu. Sebab ada yang lebih penting dari pengabulan sebuah doa,yaitu kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan pada doa,telah kutenun kamu dengan kesabaran dan syukur yang selalu ku upayakan,dengan berkali-kali,dengan seluruh perasaan. Pada bagian ini, Allah tidaklah akan mematahkan harapan seorang perempuan yang sedang meminta keridhaan-Nya.
Mencintai diri sendiri itu baik,mencintai doa itu manis,mencintai Allah jauh lebih menenangkan,dan aku ingin selalu demikian,berkali-kali jatuh cinta hanya kepada-Nya saja.
Komentar
Posting Komentar