AYAH,Kasih paling tulus
Mungkin, banyak ayah yang gagap mengucapkan kata sayang kepada anaknya. Tapi tak ada seorang pun ayah yang terlambat dalam menyayangi anaknya. Inilah yang saya rasakan. Bahwa betapa benar ungkapan, setelah saya modifikasi sedikit, kasih sayang anak hanya sampai ujung jalan, sedangkan kasih sayang ayah sepanjang zaman.
Saya punya sandal karet yang mulai butut. Sandal ini awalnya hanya sandal biasa yang malas saya ganti. Tak ada yang istimewa, harganya cuma tiga puluh lima ribu rupiah. Saya senang memakainya hanya karena ringan, mirip sandal kulit, dan tahan air. Saya sudah cari beberapa kali ke toko tempat saya beli, tapi belum ada stok lagi. Setiap saya pulang, selalu saja ayah menyuruh ganti sandal, karena sudah agak butut dan tampak ceper. Bahkan, ayah sempat membelikan sandal baru untuk saya. Namun bagaimanalah, jika sudah cinta tentu sulit tergantikan, bukan?
Dan ternyata, cinta ayah melebihi semua itu. Suatu saat pengait besi di sendal saya mulai penyok, hanya saya betulkan sekadarnya saja. Hal ini tak luput dari mata ayah saya yang begitu awas. Dan tradaaa,saat saya pulang ke rumah setelah mengikuti pesantren, besi pengait sendal saya sudah kembali seperti sedia kala.
Tak terbayang, bagaimana tekunnya ayah saya menggunakan tang untuk membetulkan pengait besi tersebut dan melepasnya, lalu merekatkannya dengan lem.
Begitulah cara seorang ayah menyayangi anaknya. Tanpa babibu, tanpa pandang sudah setua apa anaknya, dia akan melakukan dan memberikan yang terbaik pada apa yang anaknya begitu senangi.
Saya merasa beruntung bahwa bukan materi yang menjadi ukuran kami menyayangi, melainkan lebih dari itu, kehadiran dan kasih sayang yang begitu terasa sampai pada hal-hal kecil sekalipun.memang sebegitu besarnya kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Dan Ada masa dimana orang tuamu semakin tua dan kamu ingin membelikan mereka apa saja. Lalu ada masa dimana kamu seakan sudah punya semuanya, tapi kamu tak bisa lagi membelikan keduanya apa-apa.
Dan Ada masa dimana orang tuamu semakin tua dan kamu ingin membelikan mereka apa saja. Lalu ada masa dimana kamu seakan sudah punya semuanya, tapi kamu tak bisa lagi membelikan keduanya apa-apa.
Di samping kebahagiaan kita karena bisa memiliki ini-itu dan traveling kesana-kemari, orang tua adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Kamu pikir, kenapa rumah selalu menjadi tempat kembali paling nyaman kalau bukan karena orang tua? Tak peduli rumahmu semegah istana atau hanya rumah kontrak yang sempit.
Hari ini di wajah mereka ada kerut dan keriput yang tahun lalu belum ada. Hari ini di kepala mereka ada rambut putih yang tahun lalu belum seberapa. Hari ini di tubuh mereka ada kelemahan dan penyakit yang tahun lalu belum terasa.
Barangkali kita punya standar kebahagiaan yang berbeda. Tapi di antara itu semua, orang tua adalah ukuran kebahagiaan yang persis sama di antara kita. Di usia yang genting ini, tepat sebelum atau setelah melewati seperempat abad, jangan biarkan ambisi pribadi menutup matamu sehingga tak mampu melihat pintu surga pada keduanya.
Tentu, kapasitasmu berbatas. Tapi niat dan ketulusanmu berbakti pada keduanya, inilah yang tak terbatas. Dan semua niat baik akan Allah bukakan dan mudahkan jalannya.
Jangan malas untuk sekadar menanyakan kesehatan lewat telepon. Jangan berkeras untuk lama tak pulang. Jangan perhitungan membelikan suplemen kesehatan atau makanan yang mereka suka.
Umur memang tak ada yang tau. Dan semua kembali padamu. Jika sisa waktu yang mereka miliki di dunia ini tidak lebih lama dari sisa waktumu, bagaimana kamu akan hargai setiap waktu mereka yang tersisa itu?
Allahummaghfirli wali walidayya warhamhuma, kama rabbayani shaghirah.
Komentar
Posting Komentar